Prototype
PROTOTYPE
PENGERTIAN
PROTOTYPE PRODUK
Salah
satu kaidah penting dalam Design Thinking adalah “Fail fast to succeed sooner”
atau “Gagal cepat agar sukses lebih cepat.” Maksudnya Saat merancang sebuah
produk, meskipun sudah dilakukan riset yang cukup, kita tidak dapat memastikan
bahwa produk kita akan diterima oleh pasar. Satu-satunya cara untuk
mengetahuinya adalah dengan mengujinya di pasar. Namun, sebelum kita menguji
versi akhir dari produk kita, ada baiknya kita meluncurkan versi prototipenya
terlebih dulu ke kalangan terbatas. Tujuannya adalah agar kita mendapatkan
umpan balik dari pengguna segera.
Perhatian
terhadap kualitas yang terbaik adalah bukan terpaku pada produk akhirnya saja.
Hal ini penting agar produk akhir yang dihasilkan adalah produk yang bebas
cacat dan tidak ada lagi pemborosan karena produk tersebut dibuang atau
dikerjakan ulang. Maka sebaiknya
perhatian terhadap kualitas produk harus
dimulai sejak awal pembuatan produk. Tahapan yang sangat penting dalam
perencanaan awal pembuatan produk adalah pembuatan prototipe produk.
Prototipe
produk (purwa–rupa produk) adalah bentuk dasar dari sebuah produk merupakan
tahapan yang sangat penting dalam rencana pembuatan produk karena menyangkut
keunggulan produk yang akan menentukan kemajuan suatu usaha di masa mendatang.
Dikatakan sebagai tahapan yang sangat penting karena prototipe dibuat untuk
diserahkan pada pelanggan (lead–user) agar pelanggan dapat mencoba kinerja
prototipe tersebut. Selanjutnya jika pelanggan memiliki komplain ataupun masukan
mengenai protipe tersebut maka industri mendokumentasikannya untuk proses
perbaikan prototipe tersebut. Sehingga menciptakan suatu sistem inovasi produk
yang dibangun bersama-sama antara industri dan pelanggan sebagai upaya
pemenuhan kepuasan pelanggan (customers).
Prototipe
adalah sebuah contoh atau model awal dari produk. Prototipe membuat ide yang
abstrak menjadi bentuk nyata yang lebih kongkrit. Dalam design thinking, tidak
cukup hanya memikirkan ide, mendiskusikan dan membicarakannya saja. Perlu
langkah konkrit untuk membuatnya menjadi nyata. Membuat prototipe adalah
caranya.
TUJUAN PROTOTYPE
Tujuan
membuat prototipe bukanlah untuk menguji produk yang sudah selesai, tujuan
membuat prototipe adalah untuk belajar. Menemukan kesalahan dan kegagalan
sebelum produk benar-benar diluncurkan ke pasar.
Teresa
Torres, seorang Product Coach, mendefinisikan tujuan pembuatan prototipe
sebagai berikut:“Prototype simulates an experience, with the intent to answer a
specific question, so that the creator can iterate and improve the experience.”
“Prototipe
memberikan gambaran, untuk memberikan jawaban spesifik, sehingga penciptaan
produk dapat diulang dan diperbaiki.” (sebelum menjadi produk akhir).”
MANFAAT PROTOTYPE
Setidaknya
ada empat manfaat membuat prototype.
1.Prototyping
membantu kita berpikir. Melakukan adalah cara terbaik untuk berpikir. Membuat
prototipe membuat kita lebih mudah memikirkan ide-ide untuk menyempurnakan
produk Anda.
2.Prototyping
membantu kita menjawab pertanyaan. Apakah produk kita diminati konsumen? Layak?
dan bertahan lama?
3.Prototyping
membantu kita berkomunikasi. Komunikasi terbaik adalah dengan menunjukkannya,
bukan sekadar mengatakannya.
4.Prototyping
membantu anda membuat keputusan yang lebih baik. Umpan balik yang kita dapatkan
dari calon pengguna membuat kita mampu membuat keputusan yang lebih baik.
Metode yang direkomendasikan dalam
merancang prototipe adalah Rapid Prototyping. Bagaimana proses melakukan Rapid
Prototyping? John Krissilas di dalam blognya mengutip dari Jeanne Liedtka membagikan
lima prinsip berikut ini.
1. Mulai dari yang kecil dan sederhana
2. Sebuah proyek penciptaan akan tumbuh
dengan adanya pembuatan prototipe secara berulang sejak sejak dini. Ini akan
memberi ruang bagi Anda untuk mendapatkan ide-ide baru untuk menyempurnakan
produk Anda. Ini juga akan memberi kesempatan calon pengguna untuk
berkontribusi dan melengkapi produk Anda dengan masukan dari mereka.
3. Rancang kisah yang ingin Anda ceritakan
4. Visualisasikan konsep Anda dalam bentuk
gambar. Gunakan kata sesedikit mungkin. Tambahkan detail seiring berjalannya
waktu. Teknik storyboarding akan bermanfaat di sini.
5. Tunjukkan, jangan katakan
Buat
prototipe-nya terlihat nyata dengan gambar mock up, model fisik, dan pengalaman
nyata. Visualisasikan beberapa opsi. Beri ruang bagi calon pengguna untuk
memilih.
Tujuan
prototipe adalah untuk mendapatkan umpan balik. Jangan berdebat dan
mempertahankan diri saat orang lain memberi masukan terhadap umpan balik Anda.
Biarkan mereka mevalidasi produk Anda. Jangan berikan otoritas validasi ke
orang yang menciptakannya.
Peluang
lain dari pembuatan prototipe adalah melibatkan calon konsumen dalam proses
desain produk kita. Istilah keren untuk hal ini adalah Customer Co-Creation.
Dengan demikian mereka merasa memiliki produk ini. Mereka merasa menjadi bagian
dari produk ini.
Sebagai
bentuk dasar produk, prototipe memiliki bagian yang ukuran dan bahan sama
seperti jenis produk yang akan dibuat tetapi tidak harus difabrikasi dengan
proses sebenarnya ditujukan untuk pengetesan untuk menentukan apakah produk
bekerja sesuai desain yang diinginkan dan apakah produk memuaskan kebutuhan
pelanggan. Prototipe seperti ini disebut alpha prototype ada juga yang disebut
beta prototype yang dibuat dengan bagian yang disuplai oleh proses produksi
sebenarnya, tetapi tidak
rakit
dengan proses akhir ditujukan untuk menjawab pertanyaan akan performance dan
ketahanan uji untuk menemukan perubahan yang perlu pada produk final.
TAHAPAN-TAHAPAN PROTOTYPE
Berikut
tahapan prototype:
1. Pendefinisian produk: merupakan
penerjemahan konsep teknikal yang berhubungan dengan kebutuhan dan perilaku
konsumen kedalam bentuk perancangan termasuk aspek hukum produk dan aspek hukum
yang melibatkan keamanan dan perlindungan terhadap konsumen.
2. Working model: dibuat tidak harus
mempresentasikan fungsi produk secara keseluruhan dan dibuat pada skala yang
seperlunya saja untuk membuktikan konsep dari pembuatan produk dan menemukan
hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep yang telah dibuat. Working model juga
dibangun untuk menguji parameter fungsional dan membantu perancangan prototipe
rekayasa.
3. Prototipe rekayasa (engineering
prototype): dibuat seperti halnya working model namun mengalami perubahan
tingkat kompleksitas maupun superioritas dari working model, dibangun mencapai
tingkat kualitas teknis tertentu agar dapat diteruskan menjadi prototipe
produksi atau untuk dilanjutkan pada tahapan produksi. Prototipe rekayasa ini
dibuat untuk keperluan pengujian kinerja operasional dan kebutuhan rancangan
sistem produksi.
4. Prototipe produksi (production prototype):
bentuk yang dirancang dengan seluruh fungsi operasional untuk menentukan
kebutuhan dan metode produksi dibangun pada skala sesungguhnya dan dapat
menghasilkan data kinerja dan daya tahan produk dan part-nya.
5. Qualified production item: dibuat dalam
skala penuh berfungsi secara penuh dan diproduksi pada tahap awal dalam jumlah
kecil untuk memastikan produk memenuhi segala bentuk standar maupun peraturan
yang diberlakukan terhadap produk tersebut biasanya untuk diuji-cobakan kepada
umum.
Untuk
mematangkan produk yang hendak diproduksi secara komersil, maka produk perlu
memasuki pasar untuk melihat ancaman-ancaman produk yang terjadi; misal:
keamananan, regulasi, tanggung jawab, ketahanan dan kerusakan (wear–and–tear),
pelanggaran, siklus break even dan polusi, dan konsekuensinya diperlukan
peningkatan program pemasaran.
Model:
merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan dibangun (look–like–models).
Secara jelas menggambarkan bentuk dan penampilan produk baik dengan skala yang
diperbesar, 1:1, atau diperkecil untuk memastikan produk yang akan dibangun
sesuai dengan lingkungan produk maupun lingkungan user.
Prototipe
adalah bentuk efektif dalam mengkomunikasikan konsep produk namun jangan sampai
menyerupai bentuk produk sebenarnya karena mengandung resiko responden akan
menyamakannya dengan produk akhir.
Komentar
Posting Komentar